Senin, 22 Juli 2013

Asam amino


BAB I
PENDAHULUAN

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalan pelarut-pelarut yang berbeda.

B.     PRINSIP TEORI
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina  (–NH2). Gugus karboksil ini memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Asam amino pembentuk protein akan saling berikatan dengan ikatan peptida, sehingga dalam satu molekul dipeptida mengandung satu ikatan peptida.
Rumus umum asam amino
Secara umum, pada asam amino sebuah atom C mengikat empat gugus yaitu, gugus karboksil, gugus amina, satu buah atom hidrogen dan satu gugus sisa (rantai samping, gugus –R). Rantai samping pada asam amino (gugus –R) yang berbeda-beda pada asam amino menentukan struktur, ukuran, muatan elektrik dan sifat kelarutan dalam air.
Asam amino yang bersifat hidrofobik : Alanin, Isoleusin, Leusin, Metionin, Fenilalanin, Prolin, Triptofan, Tirosin, Valin. Asam amino yang bersifat hidrofilik : Arginin, Asparagin, Asam Aspartat, Sistein, Asam Glutamat, Glutamin, Glisin, Histidin, Lisin, Serin,Treonin.
SIFAT-SIFAT ASAM AMINO
1. Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik.
2. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina (lebih besar dari 200ºC).
3. Bersifat sebagai elektrolit. Dalam larutan kondisi netral (pH isoelektrik), asam amino dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
      Bila ditambahkan dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk : H2N – CH – COO- R.
      Dan bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka asam amino yang terbentuk : +H3N – CH – COOH-R.
      Asam amino mempunyai paling sedikit 1 C asimetris (kecuali glisin), sehingga bersifat optis aktif.
KLASIFIKASI ASAM AMINO
Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis didalam tubuh, tetapi diperoleh dari luar misalnya melalui makanan (Lisin, Leusin, Isoleusin, Treonin, Tritophan, Methionin, Valin, Fenilalanin, Histidin, dan Arginin). Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain. Histidin dan Arginin sering disebut asam amino semi essensial karena tubuh dapat mensintesis namun tidak mencukupi kebutuhan.
Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai samping (gugus –R) dan sifat kelarutannya di dalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan hidrofilik. Berdasarkan rantai sampingnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ø  Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin.
Ø  Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino polar) : Serin, Treonin, Tirosin.
Ø  Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) : Sistein dan metionin.
Ø  Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya (gugus R bermuatan negatif) : Asam aspartat, Asparagin, Asam glutamat, Glutamin.
Ø  Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan positif): Arginin, lisin, Histidin, Hydrolisin.
Ø  Yang mengandung cincin aromatik : Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan.
Ø  Asam imino : prolin, hidroksiprolin.









BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.    ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, beaker glass, batang pengaduk dan pipet tetes.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah NaCl, alkohol 95%, metanol, air, kloroform, dan asam amino (Tirosin, Triptophan, Adenin, Valin, Lisin, Glisin, Leusin, Glutamin).

B.     PROSEDUR KERJA
1.      Disiapiapkan 5 buah tabung reaksi yang diisi dengan pelarut NaCl, air, alkohol, KOH, dan metanol masing-masing 5 mL.
2.      Dimasukkan masing-masing asam amino yang akan dilakukan dalam percobaan kedalam masing-masing tabung.
3.      Dilarutkan kira-kira 0,5 gr masing-masing asam amino kedalam masing-masing pelarut tersebut dengan menggunakan pengaduk.
4.      Masing-masing pelarut tersebut digoyang-goyang, agar asam aminonya tercampur dengan larutan tersebut.
5.      Diamkan beberapa saat untuk melihat larut atau tidak larutnya asam amino tersebut dengan berbagai macam pelarut.
6.      Kemudian mencatat bagaimana hasilnya.







BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    HASIL
Setelah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pada prosedur kerja diperoleh hasil sebagai berikut:
Uji Kelarutan Asam Amino
No
Asam amino
Air
Metanol
Alkohol
Kloroform
NaCl
1
Tirosin
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Tidak larut
2
Triptophan
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Tidak larut
3
Adenin
Larut
Tidak larut

Larut
Larut
4
Valin
Larut
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
5
Lisin
Larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Larut
6
Glisin
Larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Larut
7
Leusin
Larut
Larut
Larut
Larut

Tidak larut
8
Glutamin
Larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
larut

B.     PEMBAHASAN
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus, yaitu gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik.
Setelah dilakukan percobaan diperoleh hasil asam amino (Adenin, Valin, Lisin, Glisin, Leusin, dan Glutamin) larut dalam air dan asam amino (Tirosin dan Triptophan) tidak larut dalam air.
Tirosin dan Triptophan merupakan asam amino dengan gugus R aromatik. Bersifat relatif non polar (hidrofobik) sehingga tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti kloroform. Tirosin berbentuk gugus hidroksil dan Triptophan berbentuk cincin indol sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen yang digunakan untuk menentukan struktur. Asam amino aromatik mampu menyerap sinar UV λ 280 nm untuk menentukan kadar protein.
Lisin merupakan asam amino dengan gugus R positif yang bersifat polar dan bersifat basa. Sehingga larut dalam air.
Glutamin dan lisin merupakan asam amino polar yang memiliki gugus R yang tidak bermuatan dan bersifat hidrofilik (mudah larut dalam air). Cenderung terdapat di bagian luar protein.
Valin, glisin dan leusin merupakan asam amino non polar yang memiliki gugus R alifatik dan bersifat hidrofobik (tidak suka air). Biasanya terdapat di bagiann dalam protein. Umumnya terdapat pada protein yang berinteraksi dengan lipid.
Pada percobaan valin, glisin dan leusin larut dalam air, tapi seharusnya tidak larut karena ke tiga asam amino tersebut merupakan asam amino non polar. Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh titik lebur yang sangat tinggi dan asam amino dalam larutan netral tidak dapat terionisasi secara sempurna.













BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa asam amino dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan tubuh dalam sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial dan berdasarkan rantai samping (gugus –R) dan sifat kelarutannya di dalam air.
Setelah dilakukan percobaan diperoleh hasil asam amino (Adenin, Valin, Lisin, Glisin, Leusin, dan Glutamin) larut dalam air dan asam amino (Tirosin dan Triptophan) tidak larut dalam air.
Pada percobaan valin, glisin dan leusin larut dalam air, tapi seharusnya tidak larut karena ke tiga asam amino tersebut merupakan asam amino non polar. Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh titik lebur yang sangat tinggi dan asam amino dalam larutan netral tidak dapat terionisasi secara sempurna.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ditunggu komentnya